Rabu, 05 Januari 2011

FF of Agnes Eonni ^^~

Yo... this FF isn't belongs to me, but my lovely eonni, Agnestasia Jasmine a.k.a @missjassm1n3... She's one of my sister from SuperFansFamily. She's my couple from PANES (nuPA - agNES), since we both love SHINee's Onew very much.
So, here it is the FF (Indonesia - Lang): Enjoy it... ^^~

Tittle : Forget You

Main cast : Lee Taemin , Park Sung Hyo

Support Cast : Taecyeon , Lee jinki , soo won

Author : missjasmine

Lenght : One Shot

Genre : Romantic , Sad

>>><<<


I… still… can’t… get over you
I never forget…
Boy I never forget… Boy


”Sunghyo... Ya... Park Sunghyo, bangun!!” seseorang berteriak memanggil namaku. ”Bangunlah... kenapa juga kau tidur di sini?? Udara sedang dingin, kau bisa sakit,” katanya.

”Ne, Taecyeon,” jawabku.

Taecyeon duduk di sampingku, ”Berapa kali harus kuingatkan untuk memanggilku ’oppa’??” dia agak kesal.

Aku tersenyum melihatnya seperti itu, ”Ne, oppa... Taecyeon oppa...,” kau menggodanya.


Can’t remember how many years it has been since we broke up
But I cry every time when I think about you

Ahh taman ini sungguh indah. Pepohonan yang rindang dan angin sepoi-sepoi menyapu pipiku. Air mata keluar membasah pipi ku teringat bayangan pria itu muncul lagi.

”SungHyo, kau kenapa?? Apa pria itu lagi??” Taecyeon oppa kebingungan melihat aku menangis.

”Ani, oppa, hanya kelilipan,” elakku.

Taecyeon oppa menatapku, ”Ayo kita pergi, sudah waktunya makan siang,”.

Aku hanya diam. Pria itu adalah dia yang selama 1,5 tahun belakangan ini ingin kuhapus bayangannya, senyumnya, ke-aegyo-annya, tawanya, bahkan suara manjanya ketika memanggilku ’jagiya’. Tapi di antara semuanya, pelukan hangatnya yang saat menentramkan adalah yang paling tidak mampu kulupakan.


*flashback*


“Annyeong, Taemin,” sapaku.

“Annyeong, Jagiya,” jawabnya sambil tersenyum.

Senyumnya sungguh manis, membuat jantungku berdegup kencang. Dialah yang selama 4 tahun ini memanggilku ‘jagiya’. Aku mengenalnya ketika kami masih di junior high school, yang waktu itu dia duduk tempat di sebelah bangkuku.

Lee Taemin. Anak yang pendiam dan polos, namun sangat tampan, tapi lebih tepatnya cantik, sampai – sampai membuatku iri.

Kedekatanku dengannya berawal dari obrolan – obrolan ringan yang kemudian ternyata kami memiliki banyak kesamaan. Seperti kesukaan kami akan music, dance, bahkan susu pisang yang sejak kecil menjadi minuman favoritku. Lalu, tepat di malam natal waktu itu, dia menyatakan cintanya. Ahhh… ketika itu serasa aku ingin berteriak sekeras mungkin karena ternyata perasaan cintaku kepadanya tidak bertepuk sebelah tangan.

“Kau sedang apa?” tanyaku.

“Ini… membaca buku, kau tahu kan, akhir – akhir ini aku terlalu sibuk sampai kurang memiliki waktu untuk belajar,” katanya sambil menunjukkan buku biologi yang sedang di bacanya, kepadaku.

Jadi begitulah Taemin. Dia sekarang ini menjadi salah satu dari trainee di SM Ent, sebuah management artist. Jujur, sudah beberapa minggu ini aku merasakan ada sedikit jarak di antara kami. Entahlah, tapi mungkin karena dia semakin sibuk berlatih keras karena sebentar lagi dia akan memulai debutnya di dunia entertainment. Yah… aku hanya berharap itu tidak mengubah Taeminku.

”Ohh... baguslah,” aku memandang ke arah lapangan sekolah, ”Oppa,” lanjutku.

”Ne,” Taemin menengok ke arahku.

”Ehmm...,” jantungku mulai kembali berdegup, ”Apa kau tahu besok lusa hari apa?” tanyaku.

”Mwo?? Molla,” jawab Taemin sambil menggaruk – garuk kepalanya. Wajah polosnya itu terlihat menggemaskan.

”Jincha??” kataku dengan nada suara yang agak tinggi.

Taemin tertawa.

Tampak dari kejauhan Jinki-ssi sudah datang untuk menjemput Taemin. Dia melambaikan tangan ke arah Taemin.

”Mian... aku hanya bercanda,” kata Taemin sambil mencubit lembut pipiku, ”Tunggu aku di taman bermain besok lusa,” katanya sambil membereskan barangnya, lalu *chuuu* dia mencium keningku, sebelum berlari menghampiri Jinki-ssi, hyungnya.

”Bye... bye...,” teriakku ke arah mereka berdua.

Aku memegang pipiku yang pasti sudah memerah.

I regret giving you my love
I regret getting attached to you
I regret holding you back


***lusa***

Aku merapikan kembali dandananku. Dress warna biru kesukaanku dan juga Taemin sudah tersampir indah menutupi tubuhku. Sedikit lipgloss agar bibirku tidak kering menjadi sentuhan indah terakhir. Juga rambutku yang cukup kugerai sudah rapi. Ahh... penampilan spesial ini khusus untuk merayakan 4 tahun aku dan Taemin bersama.

Aku melirik ke arah jam tanganku. Seperti biasanya, jam segini adalah jam selesai latihannya Taemin. Dia juga bilang dalam 5 menit lagi dia akan sampai di taman ini.

”Sunghyo... Park SungHyo!!” aku mendengar suaranya memanggilku.

OMO... aku terkejut melihatnya sore ini. Dia datang membawa se-bucket mawar putih dan balon warna – warni. Bukan... bukan hanya itu yang membuatku kagum. Dia terlihat tampan dan manly dengan kemeja dan celana jeans yang dia kenakan. Tatapan matanya yang menatapku lembut dan senyuman manisnya membuatku hampir tidak sanggup berdiri lagi.

”Jagiya, ppali ppali,” Taemin memanggilku dengan isyarat tangannya.

Aku sedikit berlari menghampirinya.

”Untukmu,” Taemin memberikan bunga dan ikatan balon itu padaku. Matanya menatapku, ”Jagiya, kau... cham yeppoyeo,” lalu melamparkan matanya ke arah lain.

Kulihat telingnya memerak. Ah... Taemin...

”Oppa,” aku menatapnya, ”Gamsahamnida,” kataku malu, Taemin membalasnya denga tersenyum simpul.

Kekasihku yang polos ini berna – benar telah banyak berubah. Dulu saja, jangankan memujiku, menyentuhku sedikit put akan membuat wajahnya memerah karena malu – malu. Aku juga masih ingat bagaimana perayaan 1 tahun kami beberapa tahun lalu. Dia mengajakku ke taman ini lagi, lalu ngobrol sambil makan ice cream.

”Oppa, kita mau main apa?” tanyaku.

”Terserah kamu mau main apa,” Taemin menjawab sambil menatapku dengan wajah polosnya.

”Aku ingin main semuanya,” jawabku semangat.

”Baiklah, kita main sampai puas,” Taemin lalu menarik tanganku.

Kami bermain segala jenis permainan. Taemin berteriak ketakutan ketika kami memasuki rumah hantu. Wajah polosnya yang terlihat sangat ketakutan. Setelah puas bermain, Taemin mengajakku makan siang di sebuah cafe. Cafe yang cantik, cocok sekali untuk sepasang kekasih yang datang ke tempat itu. Setelahnya, kami pun naik ke bianglala untuk melihat matahari terbenam.

”Oppa, pemandangannya indah sekali,” kataku memecah keheningan di antara kami.

”Ne... indah sekali,” kata Taemin memandang ke arahku.

Matahari yang hampir tenggelam itu sangat cantik dan itu menambah sempurnanya hari ini. Tapi, tiba – tiba bianglala yang kami naiki ini berhenti tepat di puncak, yang pemandangannya terlihat lebih mempesona.

Aku merasakan tanganku digenggam Taemin dengan erat. Aku menengok ke arah Taemin. Matanya lurus memandang ke arah. Tatapan yang lembut, tapi mengisyaratkan kesedihan. Jatntungku berdetak kencang. Taemin menarikku ke arahnya dan membuat jarak kami sangat dekat. Ya Tuhan... wajah tampannya membuatku benar – benar lemas untuk menatapnya dan mukaku pun merona merah.

”SungHyo,” kata Taemin lembut.

”Ne, oppa,” aku malu – malu. Aku menundukkan karena benar – benar malu melihat ke arahnya. Tangan Taemin menyentuh dan menarik daguku untuk semakin mendekat dengannya.

”SungHyo, saranghae imal itjimal,” katanya sambil memelukku, lalu... menciumku.

Bibirnya lembut sekali, ”Nado saranghae, jagiya,” jawabku.

Aku senang dia menciumku dan mengucapkan kata – kata manis itu, tapi sungguh aneh dengan tambahan ’imal itjimal’ itu. Tanpa dia katakan pun, aku tidak akan pernah melupakan saat – saat ini, bahkan semua waktu yang aku habiskan dengannya.

>>>><<<<


Keesokan harinya Taemin tidak kelihatan di sekolah sejak pagi dan itu sangat tidak biasa.

”Sunghyo, kau ditinggal kekasihmu?” kata SoonSoo, teman sekelasku dan Taemin.

Aku hanya tersenyum dan memutuskan untuk mengirim SMS ke Taemin.

From : Park Jung syo

To : MyTaemin

Hey, kau dimana? Apa kau sakit?

Lima menit kemudian HP ku bergetar, pasti dari Taemin

From :MyTaemin

To : Park Jung Hyo

Anni, aku baik-baik saja, kau tidak usah kuatir, aku sedang mengikuti latihan yang lebih ketat. Saranghae.

Syukurlah dia baik-baik saja. Aku tahu, menjadi trainee itu susah sekali apalagi di SM Ent.

From : Park Jung Hyo

To : MyTaemin

Baguslah, aku kira kau sakit. Hwaiting!! Saranghaeyo...

>>>><<<<

Setelah hampir seminggu tidak masuk, akihrnya Taemin pun datang ke sekolah. Aku khawatir dengan kesibukannya karena dari puluhan SMS yang aku kirimkan setiap hari, dia hanya bisa membalas 2 atau 3 kali.

“Annyeong, oppa,” sapaku.

Taemin menoleh dengan memasang senyum simpulnya, “Annyeong, SungHyo,” jawabnya singkat.

”Kau ini ke mana saja? Kau mulai jarang menghubungiku,” kataku.

”Mian, SungHyo, aku benar – benar sibuk,” jawabnya.

”Ya!! Apa kau tidak merindukanku? Aku menghubungimu setiap malam, tapi tidak pernah kau jawab,” aku pura – pura marah padanya, lalu berjalan kembali ke tempat tidurku.

Tapi kudengar Taemin bergumam, ”Aku merindukanmu... sangat merindukanmu...,” katanya.

>>>><<<<

Sudah sebulan ini hubunganku dengan Taemin semakin renggang. Tidak hanya menjawab telfon, dia pun sekarang bahkan tidak membalas SMS dariku. Aku benar – benar merindukannya, apalagi besok lusa adalah upasara kelulusan kami. Aku sedih mengingat kami mungkin tidak akan bersama – sama lagi. Hujan deras di luar sana membuat hatiku semakin kelabu. Aku melirik jam dinding di kamarku, ”Sudah jam 10,” gumamku.

…Only you niga anim nal gocil su eobseo

Nandasi useul su ga eobseo

Tiba-tiba handphoneku berbunyi ringthone yang khusus untuk Taeminku. Aku segera berlari meraihnya.

”Yeobooseyo, Taemin,” kataku.

”SungHyo, bisakah kau menemuiku sekarang juga?” tanyanya.

”Ah?? Andwae... ini sedang hujan deras,” jawabku.

”Ppali... aku sudah ada di depan rumahmu, aku menunggu,” Taemin memutuskan hubunga telfon..

Keadaan di luar benar – benar dingin. Hujan turus sangat deras. Mataku mencari – cari sosok Taemin. Susah mencarinya di tangah hujan seperti ini, tapi mataku menangkap sesosok pria yang sangat aku kenal. Taemin berjalan ke arahku dan basah kuyup.

Why I’m so eager to see you today?
The sound of rain droplets leaves my heart shaken up

”Ya, Taemin, apa – apaan ini? Mana payungmu? Eh... ppali ppali...,” teriakku marah padanya karena tidak menjaga kesehatannya. Ahh... orang ini... dia benar – benar tidak memperhatikan kesehatannya.

Taemin semakin dekat dan aku bisa melihat senyumnya yang telah lama tidak kulihat. Hmmm... wajahnya menunjukkan betapa lelahnya dia.

Tiba – tiba dia memelukku, ”Park Sunghyo... saranghaeyo...,” katanya.

Aku merasa aneh dengan kata – kata yang diucapkannya, ”Ne... do... saranghaeyo... naui jeongmal saranghaeyo...,” jawabku.

Aku tidak tahu apakah itu air mata atau hanya air hujan di wajahnya. Tapi sangat jelas tatapan matanya mengisyaratkan sesuatu. Sesuatu yang berat untuk ditanggungnya.

Dia kembali memelukku, ”Park Sunghyo,” katanya, ”Park Sunghyo...,” Taemin mengulang, ”Park Sunghyo...,” suaranya bergetar.

”Ne, oppa,” kataku resah, ”Ada apa sebenarnya?”

”Aku... aku...,” Taemin terbata – bata.

”Waeyo??” jantungku berdebar kencang. Perasaanku mulai tidak tenang. Aku takut arah pembicaraan ini akan ke titik yang untuk kubayangkan pun sangat tidak ingin.

Kulihat Taemin tertunduk di hadapanku, ”Aku... aku tahu ini akan berat untuk kita berdua,” katanya, ”Aku... hanya... tidak bisa lagi bersamamu...,” suara Taemin bergetar.

Aku terkejut, ”Oppa??” aku merasa batu besar baru saja mengenai tepat di dadaku, tempat hatiku yang hanya terselimuti oleh Taemin, ”Shirooo... shiroooo, oppa... kau tidak bisa seperti itu... aku ingin bersamamu apa pun yang terjadi,” kurasakan seluruh tubuhku bergetar berusaha menahan beratnya rasa sakit ini.

”Arasso, Sunghyo... arasso... tapi, aku tidak bisa berbuat apa – apa,” Taemin parau, ”Hatiku pun hancur,”

I tried to be your only girl
And did you ever understood my heart?
Now it became the compass
Of
broken love
Tears are flowing down
And soaks the dry lips
Oh what should I do

Now I can’t erase you out of my mind

Aku tidak mampu lagi menahan air mataku. Semakin kutahan, bebannya semakin berat, aku pun menangis, ”Setidaknya beri aku alasan, oppa...,” aku berusaha mengeluarkan kata – kata.

Taemin menunduk semakin dalam, ”Mian... aku hanya merasa hubungan ini tidak akan lancar... kau tahu... urusan SM...”

Aku menarik napas berat, ”Pulanglah...,” kataku.

It also rained on that day
You’ve stared at me wordlessly
You’ve stared at nothing else but me
Those trembling gazes,
And the awkwardly forced smile
Speaks of our separation.

Taemin yang sedari tadi hanya menunduk di hadapanku, mengangkat kepalanya. Matanya memerah. Tangannya yang lembut memegang pipiku dan mengecup hangat keningku, ”Selamat tinggal, jagiyaaaa... saranghaeyo...,” kemudian dia berbalik dan berjalan menjauh dariku.

Aku sangat ingin mengejarnya, tapi entah mengapa kakiku pun terasa berat untuk kupakai berlari. Aku terpaku di tempatku berdiri sambil terus menatap punggung Taemin yang semakin jauh dan semakin samar dari penglihatanku. Aku menangis... tidak sanggup menerima apa yang barusan terjadi... aku jatuh terduduk... payung yang sedari tadi kulepas dan membiarkan air hujan membasahiku agar aku bisa menghapus lukaku untuk sebentar saja...

I cried a lot because of you (I cried every night~)
I laughed a lot because of you (Because of you)
I believed in the love because of you
I’ve lost everything because of you
I’m speechless, suffocating and lonely


>>>><<<<


Aku terbangun di pagi ini dengan kepala yang terasa berat. Upacara kelulusan sekolah besok hari sepertinya akan kulewatkan. Aku takut akan bertemu Taemin dan tidak sanggup menahan kesedihanku. Aku harus melupakannya. Tapi ruangang ini, kamar ini, penuh dengan kenangan tentangnya. Foto kami yang terduduk indah di meja samping tempat tidurku, yang kubingkai indah dengan frame berwarna biru, kembali membuatku memutar ulang kenangan 4 tahunku bersama Taemin. Aku menangis di setiap detik kenangan itu melintas.

The world without you has
Chewed out my heart
Stomped on my dignity
Torn apart my heart
So why did you leave me behind?

”Taemin... mengapa kau meninggalkanku?? Apa aku tidak pantas lagi berada di sisimu??” dalam isakku.

Aku masih berusaha untuk tabah dan tidak menitikkan air mata lagi.

Malam ini aku mengompres mataku. Aku pikir Taemin tidak bisa membuatku melewatkan upacara kelulusan besok, walau aku yakin aku akan menangis jika melihatnya besok, tapi aku harus mengucapkan salam perpisahan pada teman dan guru di sekolah.

Aku mencoba tabah, aku memutuskan pergi ke upacara kelulusan walau mataku terlihat agak bengkak, aku tidak ingin melewati masa kelulusan ini walaupun hati ini sungguh tidak kuat. Aku harus mampu melewatinya

>>>><<<<

Aku pun ke sekolah untuk upacara kelulusan ini. Aku menangis, tapi bukan karena Taemin. Lalu tanpa sengaja aku mendapati sosoknya di antara teman – teman lelakinya. Dia pun menatapku. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Kurasakan mataku mulai panas lagi. Air mataku mulai memenuhi kelopak mata, aku pun melempar pandanganku ke arah lain. Aku tidak mau membuat Taemin tahu betapa aku lemah tanpanya. Aku berjalan ke arah lain begitu tersadar air mataku tidak mampu kutahan lagi.

Begitu upacara kelulusan selesai, aku mempercepat langkahku untuk keluar dari sekolah ini. Aku hanya tidak ingin Taemin melihatku, tapi sebenarnya aku yang tidak ingin melihatnya. Terlalu sakit bagiku.

Ketika aku sudah berada di gerbang sekolah, seorang pria mencegatku. Aku mengenalinya, tapi tidak pernah berbicara dengannya. Taemin sering membicarakan tentang dia.

”Annyeong...,” katanya mendekat, ”Aku Lee Jinki,” katanya memperkenalkan diri, ”Aku kakak Taemin di SM,” katanya.

”Oh... Annyeong... aku tahu kau,” kataku ramah, walaupun sebenarnya aku sangat tidak berharap bertemu dengannya.

”Ummm... Sunghyo-ssi, aku hanya ingin mengatakan agar kau bersabar,” katanya tenang, ”Aku yakin ini yang terbaik untuk kalian saat ini,” katanya lagi sambil memegang pundakku.

”Ne, jinki sunbae... ne...,” jawabku tertunduk.

”Hyung,” kudengar Taemin memanggil dari arah belakangku.

Jinki-ssi memandangku dengan tatapan teduhnya, ”Kami harus berangkat sekarang... sampai jumpa,” katanya.

”Hati – hati, sunbae...,” kataku.

Taemin berhenti di sampingku dan menarik tanganku agar menghadap ke dia. Tangannya mengusap lembut rambutku. Kulihat dia menggigit bibirnya yang bergetar untuk menahan tangisnya sendiri.

Dia merogoh kantongnya, ”Selamat tinggal,” katanya sambil memberikan sebuha surat yang dibungkus amplop berwarna biru. Taemin memberi salam sambil tersenyum. Senyum yang aku tahu bukan senyum dia yang biasanya.

Sepertinya adegan ini berulang. Di mana Taemin berjalan menjauh dan aku hanya terpaku menatap punggungnya. Hanya saja kali ini tidak ada air hujan yang bisa membiaskan air mataku yang kini jatuh lagi.

I regret giving you my love
I regret getting attached to you
I regret holding you back
Why do I have to face the pain alone?

>>>><<<<


Sesampai di rumah, aku membuka surat dari Taemin.

Park Sunghyo...

Tersenyumlah... tersenyumlah...

Kau tahu, aku sangat mencintaimu, tapi aku harus melakukan ini semua...

Ketika kontrak dari SM keluar dan aku tidak boleh memiliki kekasih,

aku tahu saat itu aku pasti akan ke mana arah hubungan kita...

Sama sepertimu, akupun menangis...

Beban yang harus aku pertimbangkan terlalu berat untukku...

Bayanganmu tidak pernah hilang dari pikiranku...

Kau tahu para hyungku, mereka sangat khawatir akan keputusan yang aku ambil ini...

Tapi mereka pun tidak bisa berbuat apa – apa,

mereka cukup berada di sisikulah yang membuatku akhirnya mampu bertahan...

Maafkan aku yang terlalu takut untuk menyampaikan semuanya padamu...

Aku hanya tidak sanggup membuat dan melihatmu menangis lagi...

Mulai sekarang, aku berjanji untuk

menjadi cahaya yang akan bersinar untukmu dari jauh...

Bersinarlah untuk orang – orang di sekitarmu...

Berjanjilah untuk mencari cahaya untukmu sendiri yang bisa ada di sampingmu...

Cobalah untuk melupakanku...

Aku tahu kau mampu...

Selamat tinggal...

Aku kembali menangis... kepalaku mulai pusing, lalu semuanya menjadi gelap...

”Sunghyo... Park Sunghyo...,” aku mendengar Eommaku memanggil.

”Hmmm...,” jawabku.

”Bagaimana keadaanmu??” samar – samar aku melihat wajah Eommaku yang dipenuhi kekhawatiran.

”Sebenarnya masih sedikit pusing, Eomma,” jawabku sambil memegangi kepalaku.

”Ohh... baguslah...,” nada suara Eommaku sedikit lebih tenang, ”Kau sudah 2 hari ini tidak sadarkan diri, apa kau mau makan sesuatu?? Bubur??” Eomma mengelus rambutku.

”Ne, Eomma,” aku tersenyum manja.

”Baiklah... akan kuambilkan semangkuk untukmu,” lalu Eomma pun meninggalkanku sendiri di kamarku.

Aku memandang ke arah pigura biru, wajah dia kembali membuatku meneteskan air mata.. ”sung hyo kuatlah kuatlah” aku mencoba menengangkan diriku. Aku bangkit dan mulai mnggemasi barang-barang yang mengingatku akan dia

Mataku tertuju pada pigura biru yang masih terduduk indah di meja samping tempat tidurku. Ada sepasang remaja di gamabr itu yang tersenyum bahagia. Perempuan di situ adalah diriku dan lelaki di situ adalah... Taemin... Hatiku panas mengingat nama itu.


>>>>1 Minggu<<<<<

Lee Taemin... Naui Taemin... kenapa kau meninggalkanku?? Aku tidak bisa tanpamu...

>>>>2 Bulan<<<<

Then I cry silently and wordlessly
Cause I want to stay next to u
My luv is true, wanna go back to when I was with you

Memasuki awal perkuliahan pun bayangan Taemin masih teringat jelas di kepalaku. Entah berapa liter air mata telah jatuh untuknya. Setiap kenangan darinya membuatku menangis… hanya bisa menangis…

>>>>6 bulan<<<<

I miss u… I need u…
Even in my dreams I’m wit
h u..
I miss u… I need u…
Rewind back the time
I wanna kiss u again ma boy…
My heart aches
It’s too much to bear
And where are you? (I cried a lot)
Can’t live without you
Please come back to me
And stay with me

Walaupun aku sudah memiliki banyak teman, semua tentang Taemin masih terekam jelas di kepalaku. Menangis ketika aku sendiri suda menjadi rutinitasku beberapa bulan terakhir ini. Tapi ada Taecyeon yang selalu menemaniku sekarang – sekarang ini. Aku merasa tentram jika bersamanya. Dia sangat perhatian dan dewasa untuk pria seumurannya. Dia kharismanya mampu meluluhkan para yeoja di kampus ini. Ahh… Taemin… seandainya dia masih bersamaku, dia pasti bisa berteman akrab dengan Taecyeon.

>>>>1 Tahun<<<<

Taemin tidak lagi mengambil seluruh waktuku. Tapi tidak kupungkiri ada kalanya aku sangat merindukannya dan kembali menangis karenanya. Apalagi sekarang ini, aku tidak hanya melihatnya di foto di kamarku, tapi di TV, poster – poster pinggir jalan, majalah, semuanya. Aku melihatnya menari dan menyanyi di panggung membuatku dadaku sesak. Belum lagi teriakan – teriakan fansnya yang tidak hentinya memanggil namanya. Dulu hanya aku yang memanggilnya ’oppa’, sekarang hampir semua wanita memanggilnya begitu.

Itulah Taeminku yang sekarang. Dia kina bersinar dengan hyung – hyungnya di SHINee. Aku melihatnya tidak henti tersenyum manis dan terkadang mendapati dia melakukan tingkah manjanya di TV.

”Apa kau bahagia, Lee Taemin?” tanyaku padanya tiap kali kulihat dia di TV. Kuharap seperti itu. Kuharap pengorbanannya atas cinta kami tidak sia – sia.

Walau kini tidak ada Taemin di sampingku, tapi ada Taecyeon yang tidak pernah bosan menjadi tempatku untuk menceritakan segalanya. Tentang keluarga, kuliah, bahkan kisahku dan Taemin. Taecyeon selalu menyediakan telinganya untuk tempatku bercerita dan juga pundaknya jika sesekali aku menangis jika bercerita tentang Taemin. Kadang aku berpikir inilah sinar yang diminta Taemin untuk kucari untuk bisa melupakannya.

>>>>1,5 tahun<<<

Aku menangis ketika mendengar lagu Your Name – SHINee. Suara Taemin sangat indah di situ.

Tanpa sengaja Taecyeon mendapatiku lagi – lagi mengusap air mataku. Tatapan matanya kepadaku mengingatkanku pada milik Taemin yang selama ini hilang.

“Sunghyo… berhentilah,” Taecyeon mengelap air mataku dengan sapu tangannya.

Aku meraih sapu tangan itu dan mengusap sendiri air mataku, “Terima kasih, Taecyeon-ssi,” kataku.

Taecyeon menarik tanganku dan mendekapku dalam pelukannya, “Sunghyo-ssi.. Park Sunghyo-ssi, izinkan aku menjadi cahaya bagimu, aku tidak sanggup melihatmu semakin meredup… izinkan aku, Sunghyo…” katanya sambil memelukku erat.

Aku hanya terdiam.

“Aku tahu tidak mudah bagimu menghilangkan cahayanya darimu, tapi… berilah aku kesempatan untuk menunggu… aku juga tidak ingin kau melupakannya, aku hanya ingin terus menjagamu agar tidak meredup,” Taecyeon menatap mataku.

“Ne… kau boleh menemaninya menjadi cahaya untukku,” aku tersenyum, “Tapi maafkan aku kalau akhirnya aku tidak bisa menghilangkannya,”

“Gwaenchana,” Taecyeon kembali mendekapku.

Aku tahu Taemin tidak akan berhenti menjadi cahaya bagiku, tapi Taecyeon akan bisa menemani Taemin untuk menjadi cahaya bagiku.

***end flashback***

”Ya... Sunghyo-ssi...,” Taecyeon melambai – lambaikan tangannya di hadapanku, ”Sampai kapan kau mau bengong terus?? Makanlah sebelum makananmu dingin,” Taecyeon tersenyum.

”Ne... Ne, oppa... jalmogeusseumnida...”

Ahh... Lee Taemin... aku tahu betapa kau tidak ingin melihatku terus – terusan menangis, tapi apa kau berdoa setiap malam agar aku dipertemukan dengan Taecyeon?? Terima kasih untuk membuatnya ada di sini saat ini. Ya... aku sedang berusaha melupakanmu. Terima kasih telah memberikan Taecyeon.






So, what do you think?? Isn't it beautiful?? So sad that is was written in Indonesian lang. Hey, we have google translate, right?? Hope you can understand the story.
*for some prob, sorry I can't put any photo there... ^^~*

0 comments:

Posting Komentar